Beranda | Artikel
Cara Rujuk dengan Istri yang Sudah Ditalak - Syaikh Utsman Khamis #NasehatUlama
Senin, 28 Maret 2022

Cara Rujuk dengan Istri yang Sudah Ditalak – Syaikh Utsman Khamis #NasehatUlama

Aku telah menalak istriku, dengan talak satu, dan aku ingin rujuk kembali, bagaimana caranya?

Jika istri itu masih dalam masa iddahnya—yakni masa iddahnya belum berakhir—dan suami telah berhubungan badan di masa itu, maka ia hanya perlu berkata pada istrinya, “Aku merujuk kamu kembali.” Itu saja.

Dan ia mendatangkan dua saksi laki-laki, baik itu dari saudara suami, saudara istri, atau teman yang mengenal suami atau istri. Jadi, kamu katakan, “Aku mentalaknya pada tanggal sekian, dan merujuknya kembali pada tanggal sekian.”

Dan jika suami tidak berhubungan intim dengan istri (dalam masa iddahnya), yakni ia mentalaknya hingga akhir iddah, maka istrinya tidak halal baginya, kecuali harus dilakukan akad nikah yang baru, dengan mahar baru, kerelaan, dan wali, persis seperti akad pertama.

Suami tidak boleh merujuknya jika ia tidak berhubungan badan dengan istrinya itu (di masa iddah). Dan jika iddahnya telah berakhir, baik itu dengan melahirkan, atau hitungan bulan jika wanita itu sudah tua dan tidak lagi haid, atau dengan hitungan haid, atau hitungan qur’u secara umum, baik itu qur’u dengan makna masa haid atau masa suci.

Jadi, rujuknya harus sebelum masa iddah ini selesai. Karena setelah masa iddah selesai, maka ia tidak boleh merujuknya, kecuali dengan akad yang baru.

Adapun jika rujuk dilakukan sebelum selesai masa iddah—dan ini yang sepertinya ditanyakan—maka ia hanya perlu berkata pada istrinya, “Aku merujukmu sebagai istriku.” Dan ia mencatat, begitu juga dengan istrinya, bahwa ia menalaknya pada tanggal sekian, dan merujuknya pada tanggal sekian.

Karena banyak orang yang lupa. Ia berkata, “Aku mentalak istriku, tapi aku tak tahu ini yang pertama atau kedua?!”

“Ini talak dua atau talak tiga?!”
“Aku tak tahu, ini yang kedua atau yang ketiga?!”

Banyak orang yang lupa, sehingga hal-hal seperti ini harus ditulis.
Ia harus menulis, “Aku menalaknya pada tanggal sekian, dan merujukkan pada tanggal sekian.” Wallahu a’lam.

===============================================================================

طَلَّقْتُ زَوْجَتِي الطَّلْقَةَ الْأُولَى أُرِيدُ أَنْ أَرْجِعَهَا كَيْفَ الطَّرِيقَةُ؟

إِذَا كَانَتْ فِي عِدَّتِهَا يَعْنِي لَمْ تَنْقَضِ عِدَّتُهَا وَكَانَ قَدْ دَخَلَ بِهَا

فَيَقُولُ لَهَا أَرْجَعْتُكِ فَقَطْ

وَيُشْهِدُ رَجُلَيْنِ

أَخَوَيْنِ لَهُ أَوْ أَخَوَيْنِ لَهَا أَوْ صَدِيْقَيْنِ يَعْرِفُونَهُ وَيَعْرِفُوْنَهَا

تَقُولُ فُلَانَةٌ طَلَّقْتُهَا بِالتَّارِيخِ الْفُلَانِيِّ وَأَرْجَعْتُهَا بِالتَّارِيخِ الْفُلَانِيِّ

وَإِذَا كَانَتْ غَيْرَ مَدْخُولٍ بِهَا يَعْنِي مَا دَخَلَ بِهَا

طَلَّقَهَا هَذِهِ لَا تَحِلُّ لَهُ إِلَّا بِعَقْدٍ جَدِيدٍ

مَهْرٌ وَرِضًى وَوَلِيٌّ مِثْلُ الْعَقْدِ الْأَوَّلِ تَمَامًا

لَا يَجُوزُ لَهُ أَنْ يُرَاجِعَهَا إِذَا كَانَ لَمْ يَدْخُلْ بِهَا

وَإِذَا انْقَضَتْ عِدَّتُهَا سَوَاءً بِوِلَادَةٍ أَوْ بِالْأَشْهُرِ إِذَا كَانَتْ كَبِيرَةً مَا تَحِيْضُ

أَوْ بِالْحِيَاضِ

أَوِالقُرْءِ بِشَكْلٍ عَامٍّ سَوَاءٌ قُلْنَا حَيْضٌ أَوْ طُهْرٌ مِنَ الْحَيْضِ

فَإِنَّهُ يَكُونُ قَبْلَ انْتِهَاءِ الْعِدَّةِ

لِأَنَّهُ بَعْدَ انْتِهَاءِ الْعِدَّةِ لَيْسَ لَهُ أَنْ يُرَاجِعَهَا إِلَّا بِعَقْدٍ جَدِيدٍ

أَمَّا قَبْلَ انْتِهَاءِ الْعِدَّةِ وَهَذَا الَّذِي يَظْهَرُ مِنَ السَّائِلِ

فَإِنَّهُ فَقَطْ يَقُولُ لَهَا أَرْجَعْتُكِ إِلَى ذِمَّتِي

وَيَكْتُبُ هُوَ وَتَكْتُبُ هِيَ أَنَّهُ طَلَّقَ بِالتَّارِيخِ الْفُلَانِيِّ وَأَرْجِعُ بِالتَّارِيخِ الْفُلَانِيِّ

لِأَنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ يَنْسَوْنَ

يَقُولُ أَنَا طَلَّقْتُ زَوْجَتِي بَسْ مَا أَدْرِي مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ

مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاث … مَا أَدْرِي هَذِهِ الثَّانِيَةَ أَوْ الثَّالِثَةَ

يَنْسَوْنَ لِذَلِكَ لاَ بُدَّ أَنْ تُكْتَبَ هَذِهِ الْأَشْيَاءُ

يَكْتُبُ طَلَّقْتُهَا بِتَارِيخِ كَذَا أَرْجَعْتُهَا بِتَارِيخِ كَذَا وَاللهُ أَعْلَمُ

 


Artikel asli: https://nasehat.net/cara-rujuk-dengan-istri-yang-sudah-ditalak-syaikh-utsman-khamis-nasehatulama/